Tentu
anda pernah menge-pel lantai dengan air. Atau pernah melihat orang lain menge-pel lantai dengan air. Tidak
jarang kita melihat mereka menge-pel dengan semangat. Pada awalnya – saat air
lantai belum kering- kita akan melihat hasilnya baik. Tampak bersih dan
mengkilap. Tapi lihat beberapa saat kemudian setelah lantai tampak kering, ia
mulai menampakkan hal yang aneh. Lantai itu tak lagi mengkilap namun busam agak
putih. Dan lagi, ketika banyak orang mulai melintas akan kelihatan bekas
gesekan dengan sepatu yang bawahnya karet akan kelihatan lebih bersih. Namun
hal ini justru akan membuat belang karena yang tidak kena sepatu akan semakin
kelihatan bahwa itu debu yang kena air.
Yang
sesungguhnya terjadi adalah bahwa dilantai itu banyak debu yang amat lembut
menempel. Lalu si tukang pel mengepel lantai dengan kain yang dibasahi air.
Tentu kain pelnya bersih. Atau anggap saja bersih. Namun saat kain pel di
sentuhkan lantai yang berdebu adalah sebagian debu yang amat lembut itu
menempel pada kain pel dan sebagian besar adalah rata karena gesekan kain pel.
Karena rata seolah-olah lantai itu bersih dari debu. Padahal yang terjadi
adalah debu halus rata pada permukaan lantai. Artinya sebenarnya sama saja pel
itu akan meratakan debu dan tidak membersihkan debu lantai.
Sadar
atau tidak sadar begitu lah kadang dalam kehidupan kita. Ada banyak persolan
yang menurut kita sudah selesai, namun
ternyata masalah tidak selesai. Tetapi kita tidak pernah menyadari bahwa
persoalan sebenarnya masih teronggok. Hanya karena lekang oleh waktu masalah
seolah selesai. Dan karena itu kita tidak lagi kembali pada persoalan itu. Atau
mungkin malas untuk mengungkit masalah itu. Anggap saja sudah selesai. Entah
karena membuat tidak nyaman. Entah karena terlalu banyak menguras energi atau
waktu. Entah karena masalah itu tidak terlalu menarik untuk dibahas kembali.
Entah efeknya tidak terlalu signifikan bagi kehidupan pribadi masing-masing.
Dengan
membiarkan masalah teronggok dan berlaku seolah tidak ada masalah maka
sebenarnya kita justru menumpuk masalah. Akumulasi masalah demi masalah besar
kemungkinan suatu saat justru akan menjadi bencana yang dahsyat dalam hidup
kita. Sama halnya menutup lobang dengan menggali lobang yang lain. Hanya seolah
masalah selesai dalam sesaat namun sejatinya tidaklah demikian. Akhirnya hanya
menunggu bom waktu. Siapkah dengan itu? Atau kita memberanikan diri untuk
melihatnya kembali, membersihkan sedikit demi sedikit, mengalami sakit lalu
menyembuhkan dan akhirnya happy ending? BUTUH NYALI!
Salam Gendheng
No comments:
Post a Comment